Ketika Anaku Ngambek Sekolah
Saya mempunyai dua orang anak, yang pertama laki-laki sekarang sudah SMA yang kedua perempuan sekarang baru kelas 5 SD. Saat ini anak perempuan saya yang kelas 5 SD sedang mengalami masalah dengan sekolahnya. Berawal dari ketidaksukaannya terhadap Ustadz yang mengajar mata pelajaran xxxx yang sudah dipendam sejak kelas satu, mencapai pucak kebencian manakala anak saya melakukan kesalahan yang sebetulnya tidak begitu fatal, namun karena komentar ustadz yang pada waktu itu entah sengaja atau tidak, menyinggung perasaan anak saya. Sejak saat itulah puncak keresahan “kebencian” terhadap personal “Ustadz” memuncak sehingga membawa pengaruh terhadap fisiknya. Selama beberapa hari anak saya mengalami sakit pada lambungnya walaupun kami tidak menganggap bahawa sakit fisiknya tersebut disebabkan oleh kejadian tersebut. Namun sejak saat itu anak saya tidak punya semangat untuk masuk sekolah, apalagi kalau pada hari itu ada mata pelajaran yang diampu oleh Ustadz yang dibenci.
Apa yang harus saya lakukan setelah kejadian ini, mengingat anak saya sudah jarang masuk Sekolah, kadang seminggu hanya masuk 1-2 hari saja itupun tidak sampai jam pelajaran selesai semua, hanya setengah hari. Kadang dari rumah semangat masuk sekolah setelah sampai halaman sekolah berhenti tidak mau beranjak masuk kelas. Kalaupun mau masuk harus dengan perjuangan yang extra keras memberikan pemahaman dan pengertian agar mau masuk kelas. Disinilah peran orang tua sangat menentukan terhadap masa depannya. Dan apresiasi yang sangat tinggi buat istri saya yang mau mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dan kesabaranya membimbing agar anak kembali pulih seperti sediakala. Anak perempuan saya tidak mau diantar oleh sembarangan orang termasuk dengan saya sebagai ayahnya, mungkin ada yang salah dengan saya. Ya… saya menyadari, sebagai seorang ayah seharusnya mampu memberikan waktu untuk kebersamaan keluarga dan pendidikan terutama pendidikan karakter agar mempunyai karakter yang kuat khususnya dalam menghadapi masalah.
Salah siapa ?
Dalam kasus seperti ini tidak ada yang perlu disalahkan baik sekolah, ustadz maupun lingkungannya. Yang perlu diperbaiki adalah bagaimana mengenal karakternya sehingga dapat memperbaiki dan membantu untuk lepas dari zona nyamannya.
Beberapa kebiasaan / karekater yang mungkin menjadi penyebabnya :
- Betah dirumah. Sejak kecil anak saya sangat betah di rumah dengan aktivitas yang sebetulnya positif, suka membaca buku baik buku pelajaran, umum maupun buku cerita, dan akhir-akhir ini suka menggambar dan betah berjam-jam di depan TV maupun saat pegang HP.
- Pendiam. Pendiam manakala berttemu orang yang tidak dikenal dengan akrab.
- Tidak Percaya Diri. Kurang percaya diri untuk melakukan hal-hal baru apalagi kegiatan tersebut dilihat orang lai.
- Tidak suka bermain dengan teman-teman sebayanya.
- Mudah tersinggung
- Emosi kadang tidak terkendali.
Bagi orang tua yang belum terlanjur mempunyai anak yang berkepribadian seperti tersebut di atas, cobalah untuk mendidik sejak awal agar anak mempunyai kepribadian dan karakter yang kuat untuk dapat menghadapi permasalahan yang terjadi di luar pada saat harus menghhadapinya sendiri tanpa ditemani orang-orang terdekat (Bapak / Ibunya). Tidak mudah untuk mengubah karakter tersebut dalam waktu yang singkat. Perlu waktu yang panjang, kesabaran dan pengorbanan baik waktu, tenaga, pikiran dan materi yang tidak sedikit dari orang tua.
Demikian, semoga bermanfaat bagi kita semua.