Pada sore yang sejuk diiringi rintik hujan gerimis, menunggu kabar dari istri tercinta yang tidak kunjung datang. Smartphone seolah ikut merasakan sejuknya udara di sore hari sehingga ikut malas untuk berdering. Tidak kuat menanggung rasa akhirnya saya angkat smartphone yang softcasenya sudah lusuh. Dari daftar kontak langsung saya perintahkan smartphone untuk menghubungi istri saya yang dengan sabar menunggu ibunda tercinta. Ibunda yang merupakan Ibu mertua sudah dua hari ini sejak tanggal 15 Januari 2018 dirawat di rumah sakit di tempat ibu dari anak-anak kami bekerja. Hari ketiga dokter yang merawat merujuk Ibu mertua ke RS Dr. Moewardi agar memperoleh perawatan lebih intensif atas sakit yang dideritanya selama ini. Saya sendiri tidak menduga ada sakit lain yang menurut saya lebih mengerikan dari sekedar tidak bisa jalan karena kaki yang mengalalami osteoprosis ataupun gjala strok yang selama ini kami ketahui.

Dari balik smartphone terdengar suara yang tidak asing lagi. Benar saja dugaan saya… dari suara yang terdengar sudah menunjukan kelelahan yang amat sangat setelah selama tiga hari menunggu ibu tercinta. Lelah jiwa dan raga karena menanggung beban yang sangat berat mengetahui  ibunda tercinta menderita gangguan di otaknya. Rasa penyesalan istri saya terungkap karena merasa selama ini tidak bisa merawat ibu secara maksimal. Ibu yang selama ini menjadi matahari di siang hari dan bulan di malam hari, telah mengorbankan jiwa raga dan perasaan untuk memperjuangkan bayi yang lahir prematur hingga tidak hanya sekedar hidup tapi juga memperjuangkan agar dapat meraih cita-2nya dan kesuksesan. Perjuangan tak kenal lelah dengan tanpa memperhitungkan kesehatan fisik, terkadang harus mengorbankan perasaan atas omongan miring dari tetangga, saudara bahkan dari orang tua sendiri telah mendapat Ridhlo Allah Swt sang pemilik raga. Kedua anaknya telah berhasil meniti karir sebagai Pegawai Negeri Sipil sesuai bidangnya. Pejuang keluarga itu kini tergolek tidak berdaya di pembaringan. Semoga perjuangannya untuk menjaga amanah Allah menjadi amal baik yang dapat mengantarkan kesembuhan dan menjadi salah satu jalan untuk mengantar menuju Surga-Nya.

Kini kesempatan untuk meniti jalan ke surga ada di tangan anak cucunya. Berikan pelayanan terbaik di sisa umurnya. Menjadi matahari atau bulan bagi keluarga memang tidak ringan, banyak rintangan, halangan, bahkan caci maki dari orang lain, tetangga dan sanak saudara. Kekuatan iman, kesabaran dan keuletan harus tertanam dalam jiwa. Seandainya tidak bisa menjadi matahari atau bulan minimal bisa menjadi LENTERA yang mampu memberikan kesejukan dan ketentraman dalam keluarga.