Tulisan ini saya buat pada sore hari saat sedang turun hujan deras, seolah ingin memberikan kesegaran bagi alam yang sedang galau dan meratapi nasib. Di tengah hujan deras saya harus menjemput Bapak mertua yang sedang kontrol di sebuah rumah sakit swasta di Solo. Saat ini Bapak sedang diuji dengan beberapa sakit (komplikasi) yang cukup membuat beliau sediikit repot. Dalam satu bulan beliau harus kontrol pada 4 dokter sekaligus karena  menderita gangguan pernafasan/paru-paru, gangguan saraf tulang belakang, saluran kencing dan penyakit dalam. Pada saat yang sama ibu mertua juga mengalami fisik drop. Beberapa bulan belakangan ini ibu sudah tidak bisa melakukan apapun walau hanya sekedar ganti baju sendiri. Pada hari Senin tgl. 15 Januari 2018 coba untuk scan bagian kepala, diluar dugaan kami ternyata banyak cairan dan tumor di kepala. Sebagai anak ragil dari dua anak dimana kakak ditempatkan sebagai guru di Brebes, istri saya berkewajiban untuk memberikan perawatan sebaik-baiknya. Kami tidak menyangka kalau dalam waktu yang bersamaan kedua orang tua menderita sakit yang cukup berat. Bagi sebagian orang termasuk kami, tentu akan menjadi beban keluarga.

Guru saya selalu mengatakan : “tidak ada daun yg berguguran tanpa seijin Allah Swt. Nerimo ing pandum, bersyukurlah apapun yang terjadi selama nafas belum berhenti”. Kami mencoba untuk mengurai makna yang terkandung  di dalam kalimat-kalimat tersebut. Saya percaya Allah masih bersama kami, Karena semua kejadian yang kami alami pasti Allah tahu. Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan Hamba-Nya. Maka tetaplah bersyukur sekalipun sedang terkena musibah.